Seorang teman berkata "Rasulullaah saja melarang Ali memadu Fathimah, apalagi kita."
Aha...ternyata alasan klasik itu yang jadi senjata andalan. Saya menyebutnya : DISKON HADITS...!!!
Saya pun terdorong mencari dan mencari, mengapa Rasulullaah melarang Ali memadu Fathimah. Bagi saya, tidak mungkin lelaki terbaik sepanjang jaman yang nama dan teladannya ditorehkan di dalam Al-Qur'an dengan seenak udelnya melarang (baca : mengharamkan) menantunya mengamalkan salah satu hal yang dihalalkan oleh Allaah, hanya dengan bekal alasan "sayang anak."
Imam Bukhari meletakkan hadits ini dalam bab "kasih sayang orang tua kepada anak". Peletakan ini terkait kekhawatiran Rasulullah atas Fathimah dan adalah wajar seorang ayah melindungi anaknya dari rasa sakit (fisik maupun psikis), tetapi Muhammad bin Abdullah (salallahu alaihi wa salam) sangat tidak mungkin menggadaikan imannya hanya karena alasan sesempit itu. Rasa sayang & kekhawatiran Rasulullah, pasti berbeda fondasi dari apa2 yang disangka sebagian orang dewasa ini.
Atas sumbangan informasi beberapa sahabat, inilah kronologis peristiwa yang terangkai dari berbagai hadits.
*****
Setahu saya tidak ada hadits yg menyatakan Fathimah secara ekplisit menolak untuk dimadu. Tidak banyak yang tahu bahwa Putri Abu Jahal yg ditawarkan kepada Ali ra. untuk dinikahi sebetulnya pada saat ditawarkan sudah memeluk Islam.
"Ketika berita itu sampai kepada Fatimah, ia mengatakan kpd ayahnya : 'Orang orang mengira bahwa engkau tidak marah untuk Putrimu, dan ini atas orang yang akan menikahi putri Abu Jahal'".
Diriwayatkan dari Miswar bin Makhramah ia berkata :
"Saya mendengar Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallam bersabda ketika ia berada di atas mimbar :
Jika memotong hadits sampai di sini pun masih terkesan seolah Rasulullah menolak Ali ra. memadu putri beliau, hanya berbekal "rasa sayang seorang ayah terhadap putrinya". Dan ini bertentangan dg riwayat bahwa Rasulullah tidak pernah mengistimewakan putri2 beliau atas muslimah yg lain, seperti diriwayatkan sebagai berikut :
"Tidak di dapatkan dari Nabi saw bahwa Beliau mengkhususkan Fatimah dgn hukum2 tertentu untuknya. Justru yg nyata dari Nabi saw adalah Beliau memperlakukan Fatimah sebagaimana Umat Islam lainnya."
" Demi yg memegang Jiwaku, sekalipun Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh akan aku potong tangannya " (HR Muslim)
" Saya khawatir akan TERFITNAH (rusak) AGAMANYA "......(Ibnu Hajar)
Sekarang mari kita bayangkan kondisi Rasulullah dan Fathimah ketika itu :
Maukah anda membiarkan suami anda menikahi anaknya, meskipun anaknya sudah memeluk Islam?
Dalam pernikahan, terlebih dalam kultur masyarakat Arab pada saat itu, seorang laki2 tidak hanya bergaul dg perempuan yg dinikahinya, ia juga akan bergaul dan terikat berbagai kewajiban terhadap mertuanya. Karena masyarakat Arab memandang mertua berkedudukan sama seperti orang tua kandung.
Bisakah anda bayangkan bagaimana Fathimah harus menerima Ali memenuhi kewajibannya terhadap mertuanya yg nota bene adalah musuh Allah?
Bisakah anda bayangkan akan jadi mertua seperti apa Abu Jahal?
Bisakah anda bayangkan fitnah apa yg akan ia lontarkan terhadap Rasulullah, Fathimah & di atas segalanya, Allah?
Bisakah anda bayangkan betapa energi rumah tangga akan terserap habis hanya untuk menghadapi pemfitnah seperti Abu Jahal?
Bisakah anda bayangkan pengaruhnya ini terhadap orang lain yg tidak mengerti situasi rumah tangga Fathimah sehingga akan timbul fitnah demi fitnah bagi Fathimah & Rasulullah?
Terlebih lagi karena mereka yang menolak syariah poligami akan berfikiran : "Jadi boleh saja menolak syari'ah demi perasaan, toh Rasulullah mencontohkan demikian."
Na'udzubillahi min dzalik.
Wallahu 'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar